PENYAKIT
MYIASIS
Penyakit
pada ternak sapi merupakan sesuatu yang harus mendapat perhatian khusus dari
pemerintah maupun masyarakat khususya para peternak, karena merupakan salah
satu hambatan terbesar dari usaha peternakan. Pencegahan secara umum untuk
mengatasi timbulnya berbagai penyakit
yang sering terjadi pada hewan khususnya sapi adalah memperhatikan perkandangan
baik ventilasi kandang, lantai kandang kemudian sanitasinya.
Penyakit
yang sering dijumpai di masyarakat adalah myiasis. Myiasis merupakan infestasi larva lalat pada jaringan tubuh
hewan yang masih hidup,disebabkan oleh larva lalat fakultatif dan atau obligat,
maupun jaringan nekrotik atau pada makanan yang sedang dicerna dalam saluran
makanan induk semang. Kejadian myiasis di Indonesia kebanyakan disebabkan oleh
larva lalat antara lain, Chrysomia
benziana, Booporus intonsus. Lucillia,Calliphora, Musca dan Sarcophaga. Selain karena adanya larva
terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya myiasis seperti tipe/model
kandang dan bahan kandang khususnya lantai kandang, musim hujan, ternak sakit
tidak langsung diisolasi, adanya caplak, ternak yang baru melahirkan.
Penyebaran
myiasis di indnesia telah mewabah seperti sumatera selatan,jawa, kalimantan
selatan, sulawesi selatan, sumba timur, dan daera lainnya yang belum diketahui
secara pasti keberadaan lalat penyebab myiasis.
Dalam laporan Sigit (1981) sejak 1976, sapi di Sulawesi Selatan
terserang lalat Chrysomia benziana dan
merupakan kasus pertama di Indonesia, karena jumlah sapi yang terserang lumayan
besar sehingga dikatakan mewabah. Myiasis di Indoesia merupakan masalah yang
tidak terlalu besar tetapi mempunyai potensi penyebaran yang cukup luas jika
idak mempunyai manajemen yang baik.
Gambar
1. Penyebaran myiasis di Indonesia.
Siklus hidup larva lalat myiasis Chrysomia benziana . Pada umumnya lalat
meletakkan telurnya pada siang hari menjelang sore, telurnya diletakkan secara berkoloni ditepi
luka dan cenderung memilih luka-luka yang segar. Jumlah telurnya dapat mencapai
250 butir. Telur berukuran kurang lebih panjangnya 1,25 mm berwarna putih kotor dan dalam waktu
24jam kan menetas.
Gambar 2. Siklus hidup lalat Chrysomia benziana.
Penularan
myiasis bermula dari adanya luka terlebih dahulu. Lalat betina dewasa akan
bertelur disekitar luka tersebut, jika telur sudah menetasdan berganti kulit
dalam waktu 12-18 jam menjadi larva tahap kedua maka larva akan bergerak dan masuk kedalam
luka dengan kait pada mulut dan sekresi enzyme proteolitik maka larva akan bisa
memakan sel-sel jaringan, serta membuat terowongan didalam jaringan sehingga
akan memperparah kerusakan. Selain itu karen ada luka terbuka kemungkinan besar
akan terjadi infeksi sekunder oleh kuman pyogenes.
Penyakit myiasis ini tidak
menimbulkan perubahan gejala klinis yang
begitu drastis dan juga tidak berbahaya, namun tida menutup kemungkinan akan menimbulkan gangguan yang kronis bahkan
jika tidak segera diobati akan menimbulkan kematian. Gejala klinis sapi yang
terserang penyakit myiasis adalah berawal dari luka kecil yang didalamnya
terlihat ada larva lalat, yang lama-kelamaan akan menyebabkan terjadi
pembusukan dan pembentukan nanah sehingga akhirnya terjadi borok yang
mengeluarkan cair yang berbau busuk. Jika myiasis tersebut terjadi pada kaki,
gejalanya pincang, jika terjadi pada daerah kepala, sapi tersebut akan berjalan
dengan kepala miring. Gejala umum dari penyakit tersebut adalah ternak menjadi
tidak tenang, nafsu makan turun, lemah, letih, lesu, suka bersembunyi
menghindari lalat.
Diagnosa penyakit myiasis sangatlah
mudah-mudah sulit, karena penyakit ini dapat dikelirukan dengan beberapa
penyakit lain yaitu, penyakit kaskado, panarisium dan luka nekrotik.
Pengobatan
luka myiasis dengan membersihkan luka dengan antiseptik yang ada, keluarkan larva dari dalam luka dengan cara
dicabuti, tetapi sebelumnya larva harus dibunuh dulu menggunakan insektida
seperti Coumaphos, Diazinon, Ivermectin. Setelah larva habis dicabuti, berikan
salep (Diazinon atau Coumaphos) 2%
dalam vaselin dioleskan langsung disekitar borok untuk untuk mencegah infeksi
ulang,
Untuk mencegah infeksi sekunder diberikan antibiotik.
Untuk mempercepat kesembuhan luka dapat diberikan minyak ikan.
Penggendalian
penyakit myiasis ini dapat dilakukan deng meminimalisasi luka pada ternak,
seperti memotong tanduk, penghilang materi yang berbahaya dan pengendalian
caplak. Pembersihan luka dan pengambilan larva yang ada merupakan pencegahan
perkembangan ke stadium pupa yang berarti telah memutus siklus hidupnya. Selain
itu juga perlu dilakukannya manipulasi lingkungan atau perkandangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hambandima, D. U. T.
2002. Kasus miasis obligat disebabkan oleh lalat Chrysomia benziana pada ternak padang di kabupaten sumba timur. Institut
pertanian bogor.
http://cahyadiblogsan.blogspot.com/2012/06/myiasis-belatungan-padahewan.html (diakses, 24 oktober 2014).
Sigit, S H dan
Partosoedjono, S.1981. Surved Ektoparasit Ternak di daerah minahasa dan
sekitarnya. Laporan penelitian. IPB. Hal.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar