Selasa, 02 Juni 2015

PENYAKIT MYIASIS



PENYAKIT MYIASIS
Penyakit pada ternak sapi merupakan sesuatu yang harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah maupun masyarakat khususya para peternak, karena merupakan salah satu hambatan terbesar dari usaha peternakan. Pencegahan secara umum untuk mengatasi  timbulnya berbagai penyakit yang sering terjadi pada hewan khususnya sapi adalah memperhatikan perkandangan baik ventilasi kandang, lantai kandang kemudian sanitasinya.
Penyakit yang sering dijumpai di masyarakat adalah myiasis. Myiasis merupakan  infestasi larva lalat pada jaringan tubuh hewan yang masih hidup,disebabkan oleh larva lalat fakultatif dan atau obligat, maupun jaringan nekrotik atau pada makanan yang sedang dicerna dalam saluran makanan induk semang. Kejadian myiasis di Indonesia kebanyakan disebabkan oleh larva lalat antara lain, Chrysomia benziana, Booporus intonsus. Lucillia,Calliphora, Musca dan Sarcophaga. Selain karena adanya larva terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya myiasis seperti tipe/model kandang dan bahan kandang khususnya lantai kandang, musim hujan, ternak sakit tidak langsung diisolasi, adanya caplak, ternak yang baru melahirkan.
Penyebaran myiasis di indnesia telah mewabah seperti sumatera selatan,jawa, kalimantan selatan, sulawesi selatan, sumba timur, dan daera lainnya yang belum diketahui secara pasti keberadaan lalat penyebab myiasis.  Dalam laporan Sigit (1981) sejak 1976, sapi di Sulawesi Selatan terserang lalat Chrysomia benziana dan merupakan kasus pertama di Indonesia, karena jumlah sapi yang terserang lumayan besar sehingga dikatakan mewabah. Myiasis di Indoesia merupakan masalah yang tidak terlalu besar tetapi mempunyai potensi penyebaran yang cukup luas jika idak mempunyai manajemen yang baik.


                                          Gambar 1. Penyebaran myiasis di Indonesia.
            Siklus hidup larva lalat myiasis Chrysomia benziana . Pada umumnya lalat meletakkan telurnya pada siang hari menjelang sore,  telurnya diletakkan secara berkoloni ditepi luka dan cenderung memilih luka-luka yang segar. Jumlah telurnya dapat mencapai 250 butir. Telur berukuran kurang lebih panjangnya  1,25 mm berwarna putih kotor dan dalam waktu 24jam kan menetas.

                                     Gambar 2. Siklus hidup lalat Chrysomia benziana.
Penularan myiasis bermula dari adanya luka terlebih dahulu. Lalat betina dewasa akan bertelur disekitar luka tersebut, jika telur sudah menetasdan berganti kulit dalam waktu 12-18 jam menjadi larva tahap kedua  maka larva akan bergerak dan masuk kedalam luka dengan kait pada mulut dan sekresi enzyme proteolitik maka larva akan bisa memakan sel-sel jaringan, serta membuat terowongan didalam jaringan sehingga akan memperparah kerusakan. Selain itu karen ada luka terbuka kemungkinan besar akan terjadi infeksi sekunder oleh kuman pyogenes.
            Penyakit myiasis ini tidak menimbulkan perubahan  gejala klinis yang begitu drastis dan juga tidak berbahaya, namun tida menutup kemungkinan  akan menimbulkan gangguan yang kronis bahkan jika tidak segera diobati akan menimbulkan kematian. Gejala klinis sapi yang terserang penyakit myiasis adalah berawal dari luka kecil yang didalamnya terlihat ada larva lalat, yang lama-kelamaan akan menyebabkan terjadi pembusukan dan pembentukan nanah sehingga akhirnya terjadi borok yang mengeluarkan cair yang berbau busuk. Jika myiasis tersebut terjadi pada kaki, gejalanya pincang, jika terjadi pada daerah kepala, sapi tersebut akan berjalan dengan kepala miring. Gejala umum dari penyakit tersebut adalah ternak menjadi tidak tenang, nafsu makan turun, lemah, letih, lesu, suka bersembunyi menghindari lalat.
            Diagnosa penyakit myiasis sangatlah mudah-mudah sulit, karena penyakit ini dapat dikelirukan dengan beberapa penyakit lain yaitu, penyakit kaskado, panarisium dan luka nekrotik.
Pengobatan luka myiasis dengan membersihkan luka dengan antiseptik yang ada,  keluarkan larva dari dalam luka dengan cara dicabuti, tetapi sebelumnya larva harus dibunuh dulu menggunakan insektida seperti Coumaphos, Diazinon, Ivermectin. Setelah larva habis dicabuti, berikan salep (Diazinon atau Coumaphos) 2% dalam vaselin dioleskan langsung disekitar borok untuk untuk mencegah infeksi ulang, Untuk mencegah infeksi sekunder diberikan antibiotik. Untuk mempercepat kesembuhan luka dapat diberikan minyak ikan.
Penggendalian penyakit myiasis ini dapat dilakukan deng meminimalisasi luka pada ternak, seperti memotong tanduk, penghilang materi yang berbahaya dan pengendalian caplak. Pembersihan luka dan pengambilan larva yang ada merupakan pencegahan perkembangan ke stadium pupa yang berarti telah memutus siklus hidupnya. Selain itu juga perlu dilakukannya manipulasi lingkungan atau perkandangan.

DAFTAR PUSTAKA
Hambandima, D. U. T. 2002. Kasus miasis obligat disebabkan oleh lalat Chrysomia benziana pada ternak padang di kabupaten sumba timur. Institut pertanian bogor.


Sigit, S H dan Partosoedjono, S.1981. Surved Ektoparasit Ternak di daerah minahasa dan sekitarnya. Laporan penelitian. IPB. Hal.16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar